Implementasi Nilai Trisila TNI AL dan Nilai Perjuangan Yos Sudarso Sebagai Pedoman Fundamental dalam Membangun SDM TNI AL Unggul di Era Milenial

 Pembina IV/a Hery Yuniarto.S.E.,M.SI (Han)

 

Trisila TNI AL merupakan konsepsi yang menjadi pedoman dasar bagi para anggota TNI AL dalam mengemban tugas sebagai prajurit yang profesional. Jiwa dan semangat Trisila TNI AL bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan dalam melaksanakan pengabdian. Makna Trisila TNI AL.Dalam bahasa Sansekerta, “Tri“ berarti tiga sedangkan “Sila“ berarti asas atau dasar. Jadi Trisila TNI AL berarti Tiga Asas atau Pedoman Dasar. Berikut ini merupakan jabaran dari Trisila TNI AL:

1.    Disiplin. Berarti bahwa anggota TNI AL harus mentaati segala peraturan dan tata tertib berdasarkan kesadaran pengabdian.

2.    Hierarki. Berarti bahwa anggota TNI AL mampu menempatkan diri dan bertindak sesuai dengan tata urut urutan kepangkatan, kedudukan dan jabatan didalam organisasi dan pola pembinaan TNI AL.

3.    Kehormatan militer. Berarti bahwa anggota TNI AL harus menjunjung tinggi nama baik Angkatan dan negara dengan selalu berfikir, bersikap dan berbuat tanpa cela.

Trisila TNI AL selaras dengan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Sapta marga, Sumpah Prajurit, maupun Cadek dan Delapan Wajib TNI. Trisila TNI AL mendorong terciptanya kehidupan khas TNI AL sesuai matra medan perangnya di laut yang begitu unik dan berat.

Pengertian Nilai-nilai Trisila TNI AL .

1.    Disiplin. Disiplin adalah sikap mental sebagai gambaran dan kualitas moral oleh sebab itu disiplin berkaitan erat dengan kepribadian yang dimiliki seseorang. Disiplin dapat ditanamkan melalui pendidikan dan latihan serta akan mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kepribadian seseorang. Disiplin merupakan factor penentu bagi keberhasilan suatu tugas yang harus dilaksanakan. Nilai-nilai disiplin yang perlu dijadikan pedoman :

2.    Hierarki. Hierarki adalah suatu struktur wewenang yang berjenjang mulai wewenang paling atas ke tingkat paling bawah, dan merupakan suatu mata rantai yang terbentang dari atas ke bawah tidak terputus. Dalam organisasi militer hierarki adalah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan karena diperlukan untuk mengatur rantai komando dan pengendalian dalam memperlancar jalannya roda organisasi, memudahkan koordinasi dan pengawasan serta untuk memupuk nilai-nilai etika bagi anggota militer. Hierarki dapat memberikan pembatasan yang tegas pada tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang dari pengawak organisasi. Pembatasan tersebut bukan berarti memisahkan, melainkan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati, saling mempercayai dan saling kerjasama untuk melaksanakan tugas yang diemban oleh organisasi dengan sebaik-baiknya.

3.    Kehormatan Militer. Kehormatan militer adalah kebesaran dan kemuliaan atau keagungan militer. Kehormatan militer mengedepankan sikap mental yang diharapkan bagi prajurit TNI AL sesuai dengan yang telah digariskan dalam Peraturan Disiplin Tentara sesuai PP Nomor : 24 tahun 1949, yatu bahwa dengan menjauhkan diri dari setiap perbuatan ucapan, dan pikiran yang dapat menodai nama baik militer berarti ia telah turut serta menegakkan kehormatan militer. Kehormatan militer bertujuan menanamkan sikap mental prajurit TNI AL agar tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menodai nama baik sendiri, organisasi TNI AL maupun negara.

Kisah gugurnya komodor Yos Sudarso berawal saat tanggal 19 Desember 1961 ketika Presiden RI Sukarno mendeklarasikan Tri Komando Rakyat (Trikora) untuk membebaskan Papua dari Belanda. Hal ini ditindaklanjuti dengan pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Yos Sudarso memiliki peran vital dalam rangkaian operasi militer yang ternyata menjadi bakti terakhirnya untuk nusa dan bangsa itu.

Keberingasan pesawat tempur Belanda membelah kesunyian malam di Laut Aru pada 15 Januari 1962. Samudera Pasifik yang biasanya gelap gulita menjadi terang benderang akibat flare yang dijatuhkan secara bertubi-tubi. Operasi senyap tiga tiga Kapal Republik Indonesia (KRI) yakni KRI Harimau, KRI Macan Tutul, dan KRI Macan Kumbang ketahuan oleh musuh. Belanda ternyata telah menyiapkan tiga kapal yang ukurannya lebih besar dari tiga KRI yang sedang menjalankan misi rahasia. Pihak Belanda mengira bahwa KRI dilengkapi senjata. Pihak Belanda memberikan tembakan peringatan pertama dan jatuh di dekat KRI Harimau, ada Kolonel Sudomo dan sejumlah petinggi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) lainnya di atas kapal itu.  Komodor Yos Sudarso yang memimpin KRI Macan Tutul memerintahkan ketiga kapal republik putar balik untuk mundur sementara karena sadar bahwa kapal mereka tidak membawa senjata. Belanda justru menyangka itu adalah manuver untuk penyerangan sehingga mereka melepaskan tembakan sebelum diserang duluan. Pada saat itu KRI Macan Tutul yang dipimpin oleh Komodor Yos Sudarso mengalami mesin mati. Yos Sudarso berpikir bahwa harus ada kapal Republik Indonesia yang diselamatkan. Akhirnya Laksda TNI-AL Anumerta Yosaphat Soedarso (2006) dan KRI Macan Tutul pasang badan sebagai umpan untuk memberi peluang dua KRI lainnya meninggalkan medan laga. KRI Macan Tutul berhasil dilumpuhkan kapal perang Belanda bernama Karel Doorman dan kapal buatan Jerman Barat yang dibeli pada 1960 itu pun terbakar dan perlahan karam. Memekik suara Yos Sudarso “kobarkan semangat pertempuran!” dari saluran radio KRI lainnya. Serangan pun berhenti dan suasana kembali sunyi.

Menurut analisis penulis, nilai yang dapat diambil dari sosok Yos Sudarso adalah nilai pengorbanan, kepemimpinan, nasionalisme dan integritas. Nilai pengorbanan tercermin saat Yos Sudarso bersama kapalnya rela menjadi tameng agar dua KRI lain terselamatkan dari serbuan Belanda.  Sifat kepemimpinan dan nasionalisme Yos Sudarso tercermin saat beliau mampu menunjukkan kompetensi dalam mengambil keputusan yang tepat walau mengorbankan dirinya sendiri asalkan 2 KRI lainnya terselamatkan. Integritas Komodor Yos Sudarso terimplementasikan melalui tindakannya menjadi tameng KRI lainnya dan berkorban sampai titik darah penghabisan, hal ini membuktikan bahwa Yos Sudarso memiliki integritas yang kuat dalam mempertahankan dan membela NKRI. Pengabdian Yos Sudarso di TNI AL dan pengorbanan Yos Sudarso dalam pertempuran laut Aru juga merupakan implementasi dari nilai bela negara dimana bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Di era milenial sekarang ini memiliki tantangan yang sangat berbeda dengan tantangan yang pernah terjadi sebelumnya. Globalisasi menjadikan ekonomi sebagai penggerak dan penentu dalam berbagai aspek. Arus globalisasi mengontrol dunia didorong oleh kemajuan pesat di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, terutama di bidang informasi, komunikasi, dan transformasi sehingga menjadikan interaksi dunia semakin transparan tanpa mengenal batas wilayah semakin meningkat.

 Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang sangat beragam dan keberadaannya di posisi silang antara dua benua dan dua samudera, serta kekayaan sumber daya alamnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dinamika berbagai aspek kehidupan NKRI. Diantara aspek penting yang dipengaruhi kondisi geografi Indonesia termasuk aspek politik, ekonomi, dan sosial budaya, yang dapat dijelaskan dengan pandangan geopolitik, geo ekonomi dan geososial budaya, serta secara keseluruhan menjelaskan geostrategi pertahanan negara Indonesia. Dengan demikian strategi pertahanan negara berkenaan dengan geopolitik, geo-ekonomi, dan geososial budaya diarahkan kepada upaya menjaga kedaulatan politik, ekonomi dan sosial budaya NKRI dengan memanfaatkan sebesar-besarnya kondisi geografi Indonesia. Di dalam upaya menjaga kedaulatan NKRI, TNI AL harus mampu melihat ancaman, tantangan, hambatan, dan peluang yang ada. Penyelenggaraan strategi pertahanan laut TNI AL dilaksanakan melalui kampanye militer melalui operasi gabungan yang saling terkait, operasi matra dan operasi bantuan dengan dukungan kekuatan nasional. Strategi pertahanan laut ditata berdasarkan konsep strategi pertahanan nusantara dengan mengacu kepada perkembangan lingkungan strategi dan kemampuan sumber daya nasional yang tersedia, diselenggarakan untuk menghadapi berbagai situasi dan kondisi baik dimasa damai maupun dimasa perang dengan mengerahkan kekuatan nasional.

Di era milenial ini jarang sekali terjadi peperangan yang konvensional. Saat ini dunia sedang dalam fase perang generasi ke empat atau disebut juga perang asimetris, yaitu perang modern tanpa keterlibatan militer secara formal (civil war). Hal ini merupakan ancaman yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan pertahanan nasional. Informasi merupakan senjata utama dalam perang asimetris. Informasi menjadi senjata untuk membelokkan sistem suatu negara sesuai arah atau tujuan kepentingan pihak kolonialisme,  melemahkan ideologi serta mengubah pola pikir rakyat dan menghancurkan ketahanan pangan serta ketahanan energi suatu negara. Sehingga dengan  demikian  pihak  pelaku yang memenangkan perang asimetris tersebut akan  dengan  mudah  mengontrol  kondisi ekonomi dan pengelolaan  sumber  daya alam dari negara yang telah dikalahkannya dalam perang  asimetris tersebut.

Menjawab tantangan akan perang asimetris di era milenial ini harus memaksimalkan potensi sumber daya nasional yang ada. Potensi sumber daya nasional di bidang pertahanan mencakup teknologi pertahanan dan sumber daya manusia. Sumber daya nasional khususnya sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara karena tidak saja berguna untuk pembangunan nasional, tetapi juga untuk pertahanan negara. Dengan demikian sumber daya nasional merupakan pilar utama bagi suatu negara, baik di masa damai maupun di masa perang, baik untuk kepentingan kesejahteraan maupun untuk kepentingan pertahanan negara. Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, sumber daya manusia merupakan subyek dalam mendayagunakan sumber daya alam yang menjadi alat pertahanan negara.  Pengembangan kualitas sumber daya nasional harus direncanakan secara konsepsional dan terarah melalui rekayasa sosial. Dalam perang informasi sumber daya manusia menjadi unsur terpenting untuk penangkalannya. TNI AL memiliki tugas sebagai penangkal terhadap ancaman keutuhan dan kedaulatan negara serta membantu kepolisian dalam menjaga keamanan nasional terutama di lingkungan laut. SDM TNI AL tentunya harus memahami karakteristik ancaman perang informasi ini dan bagaimana strategi penanggulangannya. 

Pembangunan SDM TNI AL yang unggul merupakan hal yang harus diutamakan dan menjadi pondasi dalam postur TNI AL. Pembangunan SDM TNI AL harus diimplementasikan di dalam lembaga pendidikan TNI AL. Pendidikan sangatlah penting karena memberikan suatu pengajaran pelajaran dan pelatihan sebagai dasar profesionalisme TNI AL dan sekaligus sebagai investasi jangka panjang. Lembaga pendidikan di lingkungan TNI AL wajib melakukan pendidikan yang berdasarkan Trisila TNI AL yakni disiplin, hierarki, dan kehormatan militer serta mampu meneladani nilai-nilai yang dijiwai para pahlawan terdahulu seperti Komodor Yos Sudarso karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya. Nilai dalam Trisila (disiplin, hierarki, kehormatan militer) serta sikap rela berkorban yang dipetik dalam gugurnya Yos Sudarso di pertempuran laut Aru menjadi nilai fundamental yang harus dimasukkan dalam pembelajaran formal (kurikulum) maupun non formal yakni melalui budaya pendidikan serta keteladanan dari pemimpin kepada prajurit TNI AL yang harus dapat memberi contoh serta menjadi panutan.

Implementasi nilai disiplin dalam Trisila TNI AL diwujudkan melalui profesionalisme para anggota TNI AL dalam mengemban tugas dimana kedisiplinan harus menjadi nafas bagi setiap tugas yang dibebankan. Nilai hierarki dapat menjadi instrumen untuk membentuk karakter yang kuat bagi para anggota TNI AL khususnya antara atasan dan bawahan. Nilai hierarki tidak boleh menjadi hambatan bagi anggota TNI AL untuk berkembang, sebaliknya para atasan harus memberikan keleluasan bagi para bawahan untuk mengembangkan potensi masing-masing bawahan sesuai dengan porsinya untuk menjadi  anggota TNI yang berkompeten dan berdaya saing. Pimpinan pun harus selalu merefleksi diri untuk evaluasi baik bagi bawahan maupun diri sendiri untuk menjadi lebih baik ke depannya. Dengan demikian nilai hierarki dapat menjadi peluang dalam membentuk SDM TNI AL yang unggul. Hierarki di dalam TNI AL dapat menjadi kekuatan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati, saling mempercayai dan saling kerjasama untuk melaksanakan tugas yang diemban oleh organisasi dengan sebaik-baiknya. Nilai kehormatan militer dalam lembaga pendidikan TNI AL bertujuan untuk menjauhkan diri dari setiap perbuatan ucapan, dan pikiran yang dapat menodai nama baik militer. Penanaman sikap mental prajurit TNI AL agar tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menodai nama baik sendiri, organisasi TNI AL maupun negara dilakukan terintegrasi dengan kurikulum pendidikan dan harus turut serta ditanamkan dalam budaya di lingkungan TNI AL. Sikap rela berkorban Yos Sudarso harus ditanamkan dalam jiwa para anggota TNI AL melalui budaya karakter yang diimplementasikan dalam keseharian di lingkungan TNI AL. Sikap rela berkorban merupakan unsur dasar dalam bela negara. Lembaga pendidikan dan pelatihan TNI AL diharapkan mampu membentuk karakter para anggota TNI AL untuk bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan bangsa dan negara. 

Kekuatan pertahanan sebuah negara terukur dalam konsep fisik dan moral. Penanaman nilai Trisila TNI AL, Sikap Rela Berkorban dan Bela Negara Yos Sudarso dan sikap kepahlawanan dari pejuang terdahulu harus diintegrasikan ke dalam pendidikan formal maupun informal di dalam lingkungan TNI AL. Ditinjau dari faktor sumber daya manusia, TNI AL bukan hanya dituntut untuk profesional. Tapi juga harus mengikuti perkembangan zaman. Kebijakan pembangunan, selain untuk mencapai kesiapan operasional, juga diarahkan ke peningkatan profesionalisme personel, lembaga pendidikan, dan pelatihan di lingkungan AL harus mampu mengimbangi perkembangan pengetahuan dan tantangan tugas sesuai dengan lingkungan strategis saat ini dan mampu mempersiapkan diri untuk kemungkinan kemungkinan strategis di masa mendatang.

 

Referensi :

 

Budi Susilo Soepandji, “Strategi Penguatan Sumber Daya Manusia Pertahanan”, dalam http://ikal.or.id/index.php/strategi-penguatan-sumber-daya-manusia-pertahanan.html, 2 Oktober 2012, diunduh pada 22 Desember 2019

 

Buku Putih Pertahanan

 

Catatan Kuliah Indonesian Nasional Defense System pada Universitas Pertahanan Indonesia, Bogor, 21 Desember 2019.

 

Peran Fungsi dan Tugas TNI, dalam https://koarmada2.tnial.mil.id/peran-fungsi-dan-tugas-tni/  diakses pada 20 Desember 2019

 

Pendidikan Komando TNI AL dalam https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4529389/menengok-pendidikan-komando-tni-al-latihan-perang-hingga-makan-ular diakses pada 20 Desember 2019

 

Implementasi Nilai Trisila TNI AL dan Nilai Perjuangan Yos Sudarso Sebagai Pedoman Fundamental dalam Membangun SDM TNI AL Unggul di Era Milenial Implementasi Nilai Trisila TNI AL dan Nilai Perjuangan Yos Sudarso Sebagai Pedoman Fundamental dalam Membangun SDM TNI AL Unggul di Era Milenial Reviewed by Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional on May 03, 2022 Rating: 5

No comments:

Gallery

Powered by Blogger.